HIDUP SELALU BERPUTAR SEMAKIN DIKEJAR SEMAKIN JAUH

liem

Kamis, 09 Desember 2010

MODUL BAHASA INDONESIA KELAS III

BAB I
PENDAHULUAN



A.Deskripsi

Modul ini disusun untuk memudahkan peserta diklat dalam mempelajari bahan ajar bahasa Indonesia yang meliputi aspek menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan modul ini adalah tiga kali tatap muka atau sama dengan enam jam pelajaran. Dalam modul yang memuat subkompetensi mengapresiasi seni bahasa ini dilengkapi dengan soal. Tingkat pemahaman atau penguasaan peserta diklat setelah mempelajari modul adalah 70%, sedangkan peserta diklat yang tingkat penguasaannya kurang dari 70% harus mengulang kembali hingga mencapai tingkat penguasaan yang ditetapkan. Dengan mempelajari materi modul ini, peserta diklat mampu menerapkan sikap, pengetahuan dan keterampilan berbahasa dalam kehidupannya, khususnya dalam bidang keahliannya.


B.Petunjuk Penggunaan Modul

1.Untuk Peserta Diklat

a.Bacalah dan pahami modul ini dengan baik
b.Ikuti ketentuan yang berlaku dalam setiap modul khususnya waktu yang disediakan untuk bagian tertentu
c.Kerjakan tugas-tugas dan uji kemahiran/evaluasi dengan cermat dan jujur
d.Jangan melihat kunci jawaban sebelum waktunya
e.Usahakan meyelesaikan setiap modul lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan
f. Tingkatkan terus pemahaman Anda
1) Target minimal skor nilai uji kemahiran adalah 70 (skala 100)
2) Jika target 70% belum tercapai, mintalah saran fasilitator
3) Jika skor nilai Anda ≥ 70%, Anda diperbolehkan melanjutkan ke modul berikutnya.
g. Anda diperbolehkan bertanya kepada fasilitator (guru), jika dirasa perlu
h. Laporkan kemajuan Anda kepada fasilitator sebelum melanjutkan ke modul berikutnya.

2. Untuk Fasilitator

a. Baca rumusan subkompetensi, kriteria kinerja dan materi pokok pembelajaran yang meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterapilan
b. Bimbinglah agar peserta diklat mengerjakan tugas-tugas atau pelatihanpelatihan yang ada di dalamnya
c. Jika peserta diklat mengalami kesulitan, berikan bimbingan atau motivasi agar dapat mengerjakan modul sesuai dengan waktu yang disediakan
d. Periksalah hasil pekerjaan peserta diklat dan nilailah kompetensinya dengan seksama
e. Diskusikanlah hasil belajar peserta diklat dengan peserta diklat itu sendiri/mengelompokkan peserta diklat untuk berdiskusi.

C. Tujuan Akhir

Setelah selesai mempelajari modul ini, peserta diklat diharapkan dapat:
1. Memahami isi bacaan;
2. Mengidentifikasi jenis teks bacaan;
3. Membuat catatan penting dari prosa/puisi atau teks iklan yang tersedia;
4. Mengapresiasikan/mengungkapkan kembali nilai keindahan dari prosa/puisi.
D. Kopetensi dasar
3.1 Menyimak untuk memahami kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana
E. Indikator
- Menunjukkan sikap memperhatikan, mencatat terhadap pembacaan puisi / prosa ilmiah sederhana yang diperdengarkan
- Menunjukkan reaksi verbal berupa komentar terhadap konteks pembacaan puisi / prosa faktual ilmiah sederhana yang dideng

A. Hakikat Apresiasi

Apresiasi dapat diartikan suatu langkah untuk mengenal, memahami, dan menghayati suatu karya sastra yang berakhir dengan timbulnya pencelupan atau rasa menikmati karya tersebut dan berakibat subjek apresiator dapat menghargai karya sastra yang dinikmatinya secara sadar. Karya sastra dapat dikenal atau dipahami melalui unsur-unsur yang membangunnya atau disebut dengan unsur intrinsik. Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik, yaitu tema, plot/alur, tokoh, watak tokoh, latar, setting, amanat/pesan, sudut pandang, dan gaya bahasa. Selain dari unsur intrinsik dan teks seni berbahasa, juga dapat diapresiasi dengan menelaah penggunaan atau pilihan kata serta istilah yang terdapat dalam teks tersebut. Termasuk dalam hal ini, mencari kata-kata kunci yang menjadi penanda tema teks yang bersangkutan. Di samping pengamatan terhadap unsur-unsur intrinsik dan pemakaian unsur bahasanya, untuk memahami suatu karya sastra atau teks seni berbahasa dapat dilakukan pula pengamatan terhadap unsurunsur ekstrinsik, yaitu hal-hal yang melatar belakangi terciptanya teks seni berbahasa tersebut. Hal-hal tersebut antara lain latar belakang pengarang, tujuan penulisan, latar sosial-budaya, lingkungan kehidupan pengarang, serta latar belakang pendidikan.

B. Proses Apresiasi

Sebelum melakukan apresiasi, umumnya seseorang memilih bentuk karya sastra atau jenis teks seni berbahasa yang disukai, misalnya bentuk karya sastra prosa, puisi, drama, atau film. Kesukaan itu akan melangkah pada upaya seseorang untuk mengetahui atau memahami lebih dalam karya yang dipilihnya. Sebuah karya sastra dapat disukai dan digemari oleh seseorang oleh karena karya tersebut dapat memberi kesan tersendiri. yang menimbulkan empati bagi penggemarnya. Hal itu disebabkan proses penciptaan karya sastra meliputi hal-hal berikut ini.
1. Upaya mengeksplorasi jiwa pengarangnya yang diejawantahkan ke dalam bentuk bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain.
2. Upaya menjadikan sastra media komunikasi antara pengarang atau pencipta dan peminat sastra.
3. Upaya menjadikan sastra sebagai alat penghibur dalam arti merupakan alat pemuas hati peminat sastra.
4. Upaya menjadikan isi karya sastra merupakan satu bentuk ekspresi yang mendalam dari pengarang atau sastrawan terhadap unsur-unsur kehidupan. Dengan kata lain, merupakan hasil proses yang matang bukan sekadar diciptakan.

Untuk mengapresiasi sebuah karya sastra atau teks seni berbahasa, perlu dilakukan aktivitas berupa:
1) Mendengarkan/menyimak
2) Membaca
3) Menonton
4) Mempelajari bagian-bagiannya
5) Menceritakan kembali
6) Mengomentari
7) Meresensi
8) Membuat parafrasa
9) Menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan karya tersebut
10) Merasakan seperti: mendeklamasikan (untuk puisi ) atau melakonkan (untuk drama )
11) Membuat sinopsis untuk cerita, dan sebagainya

C. Jenis Apresiasi
Dalam tahapan apresiasi tertinggi, seseorang akan dapat memberikan penilaian dan penghargaan yang posisif bagi sebuah karya sastra. Ia pun dapat memberikan penjelasan secara objektif dan mempertanggungjawabkan sikapnya tersebut kepada orang lain. Setelah melakukan pilihan kepada sebuah bentuk karya sastra yang menarik pikiran dan perasaan atau jiwa seninya, seseorang akan merespons karya tersebut dengan dua bentuk sikap atau jenis apresiatif, yaitu apresiasi yang bersifat kinetik atau sikap tindakan dan apresiasi yang bersifat verbalitas Apresiasi bersifat kinetik, yaitu sikap memberikan minat pada sebuah karya sastra lalu berlanjut pada keseriusan untuk melakukan langkahlangkah apresiatif secara aktif. Misalnya, untuk bentuk karya sastra berupa prosa fiksi seperti cerpen dan novel, tindakan apresiatifnya ialah memilih cerpen atau novel yang sesuai kehendaknya. Selanjutnya, membaca dan menyenangi novel sejenis, menyenangi tema atau pengarangnya, memahami pesan-pesannya, jalan ceritanya, serta mengenal tokoh-tokoh dan watak tokohnya, bahkan secara ekstrim ada yang berkeinginan mengindentifikasi diri menjadi tokoh yang digemari dalam karya prosa tersebut. Puncak dari sikap apresiasinya ialah ingin dapat membuat karya cerpen atau novel seperti itu. Setidak tidaknya dapat memberikan komentar atau tanggapan tentang hal yang berhubungan dengan novel yang digemari. Untuk karya puisi, memerhatikan pembacaan puisi, menyukai puisi-puisi tertentu, berusaha memahami makna puisi yang disukai, mengenal para penyair jenis puisi yang disukai, berusaha dapat membaca puisi dengan baik, dan puncaknya berkeinginan dapat membuat puisi sejenis serta menulis tanggapan atau ulasan mengenai puisi itu.

Pengertian Prosa

Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima, irama, dan kemerduan bunyi seperti puisi. Bahasa prosa seperti bahasa sehari-hari. Menurut isinya, prosa terdiri atas prosa fiksi dan nonfiksi.

1. Prosa Fiksi
Prosa fiksi ialah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa fiksi disebut juga karangan narasi sugestif/imajinatif. Prosa fiksi berbentuk cerita pendek (cerpen), novel, dan dongeng.

1. Cerpen adalah cerita rekaan yang pendek dalam arti hanya berisi pengisahan dengan fokus pada satu konflik saja dengan tokohtokoh yang terbatas dan tidak berkembang. Alur cerita sederhana hanya memaparkan penyelesaian konflik yang diungkapkan.
2. Novel berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti barang baru yang kecil. Kemudian, kata tersebut menjadi istilah sebuah karya sastra dalam bentuk prosa. Novel lebih panjang isinya dari pada cerpen. Konflik yang dikisahkannya lebih luas. Para tokoh dan Bahasa Indonesia watak tokoh pun lebih berkembang sampai mengalami perubahan nasib. Penggambaran latar lebih detail. Bersamaan dengan perjalanan waktu terjadi perubahan-perubahan hingga konflik terselesaikan.
3. Dongeng adalah cerita rekaan yang sama dengan cerpen atau novel. Hanya di dongeng, cerita yang dikisahkan adalah tentang hal-hal yang tak masuk akal atau tak mungkin terjadi. Misalnya, orang dapat menjelma jadi binatang, binatang dapat berkata-kata, dan sebagainya. Dongeng biasanya menjadi sarana penyampaian nasihat tentang moral atau bersifat alegoris. Contoh dongeng: Kancil dan Buaya, Jaka dan Pohon Kacang Ajaib, Eneng dan Kaos Kaki Ajaib, dan lain-lain.

Contoh cerita berbentuk dongeng
BAYANGAN DI CERMIN
Di sebuah pulau terpencil, jauh di tengah lautan, tinggallahsepasang suami istri dengan rukun dan damai, tidak pernah mengalami persengketaan. Namun pada suatu senja, ketika sang suami kembali dari laut, ia menemukan sepotong cermin terletak di pantai. Diambilnya cermin itu, dan alangkah heran hatinya melihat bayangan manusia di dalamnya. Inilah agaknya ayahku yang meninggal beberapa bulan yang lalu, pikirnya.
Cepat-cepat dia pulang ke rumah. Cermin itu dibungkusnya lalu disimpannya di bawah bantal. Hal ini tidaklah diceritakannya kepada istrinya.
Keesokan harinya, ketika istrinya membersihkan tempat tidur, dia menemukan bungkusan itu. Alangkah kagetnya dia setelah membukanya, dan menemukan ada seorang wanita di dalam benda yang dibungkus dengan rapi itu.
Suamiku sudah berkhianat, pikirnya. Dulu dia berjanji akan setia sampai mati. Rupanya sewaktu ke laut, dia mengambil kesempatan mencari wanita lain.
Ketika suaminya pulang dari laut senja hari, dia tidak menyambutnya dengan senyum seperti biasanya, tetapi dengan omelan. “Dulu kamu mengatakan sayalah satu-satunya wanita di dalam hidupmu. Kamu berjanji setia sampai mati. Tetapi sekarang kamu punya wanita simpanan,” tuduhnya.
Suaminya kaget. Dia tidak mengerti apa maksud istrinya. “Lha, ada apa ini? Mengapa kamu bilang saya punya simpanan?” tanyanya.
“Ini! Lihatlah!” teriak sang istri sambil menyerahkan cermin itu kepada suaminya. Sang suami melihat ke dalam cermin, kemudian berkata, “Lihatlah baik-baik, ini bayangan mendiang ayahku.”
“Ayahmu?” teriak istrinya sambil merebut kembali cermin itu. Dia kembali melihat ke dalamnya, dan kembali terlihat bayangan wanita. “Bohong! Ini wanita!” teriaknya.
Dengan sabar sang suami datang mendekat, sambil berkata, “Mari kita lihat bersama, dan kita buktikan bayangan siapa yang ada di dalam benda ajaib itu.”
Namun, alangkah bertambah kagetnya mereka ketika melihat sekarang ada dua bayangan di dalam cermin itu, seorang laki-laki dan seorang wanita. Dalam kekagetan dan kebingungan itu, tiba-tiba cermin itu terlepas dari tangan dan jatuh, lalu pecah berderai. Sekarang tidak ada lagi bayangan laki-laki dan wanita. Dan mereka pun tidak bertengkar lagi.
(Diceritakan kembali oleh Letmiros dalam “Menulis Secara Populer” oleh Ismail Marahimin, 2001)
Di dalam prosa fiksi, terdapat unsur-unsur pembangun yang disebut unsur intrinsik. Yang termasuk unsur intrinsik, yaitu: tema, alur, penokohan, latar, amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa.
a. Tema
Tema ialah inti atau landasan utama pengembangan cerita. Hal yang sedang diungkapakan oleh pengarang dalam ceritanya. Tema dapat bersumber pada pengalaman pengarang, pengamatan pada lingkungan, permasalahan kehidupan, dan sebagainya. Misalnya, tentang cinta, kesetiaan, ketakwaan, korupsi, perjuangan mencapai keinginan, perebutan warisan, dan sebagainya.

b. Alur/Plot
Alur ialah jalan cerita atau cara pengarang bercerita. Alur dapat disebut juga rangkaian atau tahapan serta pengembangan cerita. Dari mana pengarang memulai cerita mengembangkan dan mengakhirinya. Alur terdiri atas alur maju, alur mundur (flash back), alur melingkar, dan alur campuran. Tahapan-tahapan alur yaitu:
(1) pengenalan
(2) pengungkapan masalah
(3) menuju konflik
(4) ketegangan
(5) penyelesaian

C. Penokohan

Penokohan ialah cara pengarang mengambarkan para tokoh di dalam cerita. Penokohan terdiri atas tokoh cerita, yaitu orang-orang yang terlibat secara langsung sebagai pemeran sekaligus penggerak cerita dan orang-orang yang hanya disertakan di dalam cerita. Dan watak tokoh, yaitu penggambaran karakter serta perilaku tokoh-tokoh cerita. Untuk menimbulkan konflik, biasanya di dalam cerita ada tokoh yang berperan penting dengan kepribadian yang menyenangkan dan ada tokoh yang berseberangan tindak-tanduk dan perilakunya dengan tokoh sentral tersebut. Tokoh utama disebut dengan tokoh protagonist dan lawannya adalah tokoh antagonis. Cara pengarang menggambarkan para tokoh cerita ialah dengan secara langsung dijelaskan nama tokoh beserta gambaran fisik, kepribadian, lingkungan kehidupan, jalan pikiran, proses berbahasa, dan lain-lain. Dapat juga dengan cara tidak langsung, yaitu melalui percakapan/dialog, digambarkan oleh tokoh lainnya, reaksi dari tokoh lain, pengungkapan kebiasaan tokoh, jalan pikiran, atau tindakan saat menghadapi masalah.
D. Latar/Setting
Latar cerita adalah gambaran tentang waktu, tempat, dan suasana yang digunakan dalam suatu cerita. Latar merupakan sarana memperkuat serta menghidupkan jalan cerita.

E. Amanat
Amanat cerita adalah pesan moral atau nasehat yang disampaikan oleh pengarang melalui cerita yang dikarangnya. Pesan atau nasehat disampaikan oleh pengarang dengan cara tersurat yakni dijelaskan oleh pengarang langsung atau melalui dialog tokohnya; dan secara tersirat atau tersembunyi sehingga pembaca baru akan dapat menangkap pesan setelah membaca keseluruhan isi cerita.

F. Sudut Pandang Pengarang
Sudut pandang pengarang atau point of view ialah posisi pengarang dalam cerita. Posisi pengarang dalam cerita terbagai menjadi dua, terlibat dalam cerita dan berada di luar cerita.

a. Pengarang terlibat di dalam cerita. Terdiri atas pengarang sebagai pemeran utama (orang pertama), isi cerita bagaikan mengisahkan pengalaman pengarang. Selain itu, keterlibatan pengarang dalam cerita juga dapat memosisikan pengarang hanya pemeran pembantu. Artinya, pengarang bukan tokoh utama atau sentral namun ia ikut menjadi tokoh, misalnya cerita tentang kehidupan orang-orang terdekat pengarang, ayah, ibu, adik, atau sahabat seperti roman sastra berjudul “Ayahku” yang dikarang oleh HAMKA.

b.Pengarang berada di luar cerita, terdiri atas pengarang serbatahu. Ia yang menciptakan tokoh, menjelaskan jalan pikiran tokoh, mengatur dan mereka semua unsur yang ada di dalam cerita. Selain itu, pengarang berada di luar cerita dapat hanya menjadikan pengarang sebagai pengamat atau disebut sudut pandang panoramik. Pengarang menceritakan apa yang dilihatnya, sebatas yang dilihatnya. Ia tidak mengetahui secara bathin tokoh-tokoh cerita. Posisi pengarang seperti ini biasanya terdapat pada cerita narasi yang berupa kisah perjalanan.

G. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah bagaimana pengarang menguraikan ceritanya. Ada yang menggunakan bahasa yang lugas, ada yang bercerita dengan bahasa pergaulan atau bahasa sehari-hari. Ada juga yang bercerita dengan gaya satire atau sindiran halus, menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya. Penggunaan bahasa ini sangat membantu menimbulkan daya tarik dan penciptaan suasana yang tepat bagi pengembangan tema serta alur cerita. Setiap pengarang besar biasanya sudah memiliki ciri khas penggunaan bahasa dalam ceritanya.

Diksi, Makna Idiomatik, Ungkapan, Majas, dan Peribahasa

Diksi ialah pilihan kata. Artinya, seseorang memilih dan menggunakan kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan unsur yang penting bagi pengarang dalam membuat karangan dan pernyair dalam membuat puisi. Dengan kata yang tepat, pengarang atau penyair dapat mengungkapkan secara tepat apa yang ingin disampaikan kepada pembacanya.
Dalam karang-mengarang baik prosa maupun puisi, diksi berkaitan erat dengan gaya bahasa. Pilihan atau penggunaan kata dalam mengungkapkan sesuatu dapat menjadikan sebuah kata memiliki kemungkinan makna yang banyak. Kata dapat diartikan secara leksikal atau sesuai konsep, tapi juga dapat diartikan secara kontekstual, sesuai dengan situasi pemakaiannya.
Kemungkinan sebuah kata diartikan secara leksikal maupun kontekstual
alam mengungkapkan maksud atau dengan kata lain sebuah kata dapat bermakna denotatif maupun konotatif. Selain kedua makna tersebut, di dalam bahasa Indonesia terdapat pula makna idiomatik, seperti ungkapan, majas, serta peribahasa.

1. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna sebenarnya atau makna yang memang sesuai dengan pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Kata makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut , dikunyah, dan ditelan. Arti kata makan tersebut adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga makna umum.
Makna konotatif ialah bukan makna sebenarnya. Dengan kata lain, makna kias atau makna tambahan. Contoh kata putih bisa bermakna suci atau tulus tapi juga dapat bermakna menyerah atau polos. Penggunaan kata bermakna konotatif juga berkaitan dengan nilai rasa, baik nilai rasa rendah maupun tinggi. Contoh kata gerombolan dan kumpulan secara denotatif bermakna sama, yaitu kelompok manusia. Dua pasang kata tersebut meskipun bermakna denotasi sama, namun secara konotasi mempunyai nilai rasa yang berbeda.
Kata gerombolan mempunyai nilai rasa yang rendah, sedangkan kata kumpulan bernilai rasa tinggi. Jadi, kata gerombolan memiliki nilai rasa yang lebih rendah bahkan berkonotasi negatif dari kata kumpulan. Hal ini terbukti pada frasa gerombolan pengacau bukan kumpulan pengacau. Masih banyak kata yang secara denotatif memiliki kesamaan arti, namun konotasinya berbeda nilai rasa. Beberapa kata bahkan dapat dikonotasikan secara negatif, misalnya kata kebijaksanaan. Kata ini menurut arti yang sebenarnya adalah kelakuan atau tindakan arif dalam menghadapi suatu masalah. Tapi banyak penggunaan kata kebijaksanaan yang menyeleweng dari arti sebenarnya. Kata kebijaksanaan dikonotasikan dengan permintaan agar urusan dapat lancar. Hal yang sama terjadi juga pada pemakaian kata pengertian.
Dalam kalimat “Pembagian kompor gas ini memang tidak dipungut bayaran, tapi kami mohon pengertiannya,” kata pengertian memiliki makna lain yaitu, minta imbalan walau sedikit dan sebagainya. Konotasi juga dapat memberikan nilai rasa halus dan kasar. Untuk sekelompok masyarakat pemakai bahasa tertentu, sebuah atau beberapa kata dapat bernilai rasa kasar, tapi pada kelompok masyarakat lainnya dirasakan biasa saja atau wajar saja, misalnya kata laki- bini untuk kalangan masyarakat Melayu dianggap biasa, namun untuk kalangan masyarakat intelek dianggap kasar.

Contoh lain:

NO Nilai Rasa Halus Nilai Rasa Kasar
1 Tunawisma gelandangan
2 mangkat,wafat,meninggal mampus, mati
3 pramuwisma Pelayan, pembantu, babu
4 buang air kecil kencing
5 pegawai, karyawan buruh kuli
6 hamil, mengandung bunting
7 melahirkan,bersalin beranak

Kata-kata berkonotasi halus disebut juga dengan istilah ameliorasi dan yang berkonotasi kasar disebut peyorasi. Kata-kata bernilai rasa halus biasa digunakan pada pemakaian bahasa dalam situasi resmi, sebaliknya kata-kata bernilai rasa kasar biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam suasana nonformal.
Pada prosa fiksi khususnya cerpen atau novel populer, sering terdapat bentuk-bentuk percakapan sehari-hari atau bahasa gaul. Dalam sastra populer, pengarang lebih bebas menggunakan kata-kata yang dianggapnya sesuai dengan karakter tokoh. Dalam bercerita pun, penulis populer lebih cenderung menyajikan bahasa yang segar dan komunikatif sesuai dengan peminat cerpen atau novel yang kebanyakan dari kalangan remaja. Hal itu juga untuk membangun latar atau suasana yang memang sesuai dengan tema-tema populer yang dipilihnya seperti tema tentang cinta, pergaulan remaja, atau permasalahan di sekolah.
Pada novel atau cerpen sastra, penggunaan bahasa lebih selektif. Dalam prosa sastra atau sastra klasik, bahasa termasuk menjadi factor penentu kualitas pengarang dan karyanya yang masih menekankan unsure estetika. Bahasa yang dipergunakan akan menjadi ciri khas tersendiri dari pengarangnya dalam mengolah cerita. Penggunaan bahasa nonformal biasanya terdapat pada tema-tema tertentu yang memang mengusung latar budaya yang sesuai atau untuk percakapan tokoh yang memang memiliki karakter bicara seperti itu.

2.Hakikat Puisi
Puisi bukan lagi sebuah bentuk karya sastra yang kaku dan penuh persyaratan. Puisi dalam pengertian modern adalah puisi yang bebas. Puisi merupakan aktualisasi ekspresi dan ungkapan jiwa penulisnya. Oleh sebab itu, siapa saja dapat membuat puisi, meskipun
tentu tetap ada bentuk khas sebuah puisi sebagai ukuran standar yang membedakannya dengan bentuk karya sastra yang lain. Artinya setiap orang dapat menggunakan sarana-sarana kepuitisan seperti rima, irama, diksi, dan lainnya untuk mengintensitaskan ekspresi dan pengalaman jiwanya, bukan menjadikannya syarat pengikat. Sebagai sebuah karya sastra, puisi tetap harus memiliki kemampuan menampung segala unsur yang berkaitan dengan kesastraan. Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk memahami hakikat puisi. Tiga aspek tersebut, yaitu: sifat seni, kepadatan, dan ekspresi tidak langsung.
2. Prosa Nonfiksi
Prosa nonfiksi ialah karangan yang tidak berdasarkan rekaan atau khayalan pengarang, tetapi berisi hal-hal yang berupa informasi factual (kenyataan) atau berdasarkan pengamatan pengarang. Karangan ini diungkapkan secara sistematis, kronologis, atau kilas balik dengan menggunakan bahasa semiformal. Karangan ini berbentuk eksposisi persuasi, deskripsi, atau campuran. Prosa nonfiksi disebut juga karangan semiilmiah. Yang termasuk karangan semi ilmiah ialah : artikel, tajuk rencana, opini, feature, tips, biografi, reportase, iklan, pidato, dan sebagainya.
a. Artikel
Artikel ialah karangan yang berisi uraian atau pemaparan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)Isi karangan bersumber pada fakta bukan sekadar realita
2)Bersifat faktual dengan mengungkapkan data-data yang diketahuipengarangbukan yang sudah umum diketahui (realita)
3)Uraian tidak sepenuhnya merupakan hasil pemikiran pengarang, tapi mengungkapakan fakta sesuai objek atau narasumbernya
4)Isi artikel dapat memaparkan hal apa saja seperti, pariwisata, kisah
5)Perjalanan, profil tokoh, kisah pengalaman orang lain, satir, atau humor.

b.Tajuk Rencana

Tajuk rencana atau editorial adalah karangan yang bersifat argumentatif yang ditulis oleh redaktur media massa mengenai hal-hal yang faktual dan aktual (sedang terjadi atau banyak dibicarakan orang). Isi tajuk merupakan pandangan atau tanggapan dari penulisnya mengenai
suatu permasalahan atau peristiwa. Tajuk rencana juga diistilahkan dengan editorial.

c.Opini

Opini adalah tulisan berisi pendapat, pikiran atau pendirian seseorang tentang sesuatu. Opini termasuk bentuk prosa faktual karena meskipun masih bersifat pendapat penulisnya, namun tetap dalam opini diungkapkan berbagai alasan yang dapat menguatkan pendapat tersebut.

d.Feature

Feature atau ficer ialah sejenis artikel eksposisi yang memberikan tekanan aspek tertentu yang dianggap menarik atau perlu ditonjolkan dari suatu objek atau peristiwa yang memiliki daya tarik secara emosional, pribadi, atau bersifat humor. Isi feature bukan berita yang aktual, tapi kejadian yang sudah berlalu.

e.Biografi

Biografi adalah kisah atau riwayat kehidupan seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain. Biografi ditulis dengan berbagai tujuan. Salah satunya untuk memberikan informasi bagi pembaca tentang latar belakang kehidupan seorang tokoh dari sejak kecil hingga mencapai karir di kehidupannya kemudian. Jika tokoh itu sendiri yang menulisnya disebut otobiografi. Biografi termasuk prosa naratif ekspositoris atau prosa faktual yang mengungkapkan fakta-fakta nyata.

f. Tips
Tips ialah karangan yang berisi uraian tentang tata cara atau langkah-langkah operasional dalam melakukan atau membuat sesuatu. Disajikan dengan ringan, sederhana, dan bahasa yang populer. Karangan ini termasuk jenis artikel ekspositoris.

g. Reportase
Reportase ialah karangan yang berupa hasil laporan dari liputan suatu peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung atau belum lama berlangsung untuk keperluan berita di media massa. Bersifat informasi aktual. Contoh reportase, yaitu berita langsung tentang kejadian bencana alam gempa jogja, atau janjir di Jakarta.

h. Jurnalisme Baru (New Journalism)
Jurnalisme Baru (new journalism) ialah semacam berita yang dituliskan ke dalam bentuk novel atau cerita pendek. Karena berbentuk cerita, unsur-unsur pembangun sebuah cerita seperti, alur, tokohtokoh, latar, dan konflik, dipenuhi meskipun isinya merupakan fakta atau kejadian yang sebenarnya. Isi jurnalisme baru merupakan hal-hal kejadian luar biasa yang menghebohkan atau menggemparkan seperti kejahatan sadis, peperangan, dan musibah besar yang menarik perhatian masyarakat atau dunia. Dalam jurnalisme baru, diungkapkan hal-hal dari peristiwa tersebut yang belum terungkap ialah pemberitaan media massa, seperti latar belakang, motif, tujuan, jalan pikiran, dan sebagainya. Oleh sebab itu, penulis jurnalisme baru harus berusaha mengumpulkan sebanyakbanyaknya data dari narasumber, tokoh yang terlibat atau para saksi dari kejadian yang akan diungkapkan. Contoh tulisan jurnalisme baru, yaitu perang Vietnam, Perlharbour, In Cold Blood (peristiwa pembunuhan sadis–berdarah dingin–terhadap empat keluarga petani di Kansas Amerika Serikat), atau kisah Kusni Kasdut, penjahat besar di era tahun 60-an di Indonesia, dan sebagainya.

i.Iklan

Iklan ialah informasi yang disajikan lewat media massa, bulletin atau surat edaran yang bertujuan untuk memberitahukan atau mempromosikan suatu barang atau jasa kepada khalayak untuk kepentingan bisnis, pengumuman, atau pelayanan publik. Iklan terdiri atas iklan keluarga, undangan, pengumuman, penerangan, niaga, lowongan pekerjaan, dan sebagainya.
Ciri-ciri bahasa iklan:
1)Kalimatnya singkat; hanya menonjolkan bagian-bagian yang dipentingkan,
2)Uraian bersifat informatif dan persuasif,
3)Menggunakan kata-kata yang terpilih dan menarik perhatian orang untuk mengetahui, mencoba, atau ingin memiliki,

j. Pidato atau khotbah

Pidato ialah aktivitas mengungkapkan pikiran, ide, gagasan secara lisan dalam bentuk rangkaian kata-kata atau kalimat kepada orang banyak dengan tujuan tertentu. Pidato biasanya dilakukan dalam acaraacara resmi, seremonial, dan pertemuan-pertemuan ilmiah. Pidato merupakan bentuk komunikasi satu arah karena terdiri atas pemberi pidato satu orang dan orang banyak sebagai pendengar. Bahasa dan isi pidato disesuaikan dengan pendengar (audience) berdasarkan, tingkat pemikiran atau pendidikan, usia, dan topic pembicaraan. Bagian-bagian pidato ialah seperti berikut.
1. Bagian pembukaan berisi:
1)salam pembuka
2)ungkapan sapaan
3)puji syukur kepada Tuhan
4)penegasan konteks pertemuan atau acara
2.Bagian isi berisi uraian pidato sesuai dengan yang telah direncanakan atau ingin disampaikan.
3. Penutup pidato, berisi:
1)Kesimpulan isi pidato
2)Harapan-harapan atau himbauan
3)Ucapan terima kasih dan permohonan maaf
4)Salam penutup
Beberapa hal berikut harus diperhatikan dalam menyimak pidato.
1. Simaklah isi pidato dengan saksama dari awal hingga akhir.
2. Pahami gagasan, pendapat, atau pesan yang disampaikan dalam pidato.
3. Ingatlah atau catatlah hal-hal penting yang terdapat dalam uraian pidato dan beri komentar.

Memahami Puisi

1. Pengertian Puisi
Belum ada definisi yang baku untuk memaparkan pengertian puisi. Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang berbeda dari bentuk sastra lain seperti prosa dan drama. Puisi terikat oleh
(1) Baris dalam tiap bait,
(2),Banyak kata atau suku kata dalam setiap baris,
(3) Rima, dan
(4) Irama.
Bahkan pada jenis puisi tertentu ada keterikatan pada persajakan seperti, a,a,a,a atau a,b,a,b, misalnya pantun dan syair. Puisi dengan persyaratan seperti di atas merupakan bentuk puisi lama. Puisi yang berkembang saat ini tidaklah lagi mematuhi persyaratannatau keterikatan pada hal-hal tersebut. Puisi lebih diartikan pada wujud ekspresi pikiran dan batin seseorang melalui kata-kata yang terpilih dan dapat mewakili berbagai ungkapan makna sehingga menimbulkan tanggapan khusus, keindahan, dan penafsiran beragam. Dalam pengertian bebas yang lain, puisi disebut juga ucapan atau ekspresi tidak langsung atau ucapan ke inti pati masalah, peristiwa, ataupun narasi (Pradopo, 2005: 314). Pemilihan kata dan penataan kalimat yang terdapat dalam puisi bertujuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan atau pengalaman batin yang utuh. Hal itu menjadikan puisi mengandung unsure kepadatan, keselarasan, dan keterpaduan. Puisi yang hanya terdiri atas beberapa baris atau satu bait jika mengungkapkan makna yang utuh dan selaras mungkin lebih bernilai daripada sajak yang panjang namun tak utuh dan selaras. Perhatikan contoh puisi di bawah ini.

SENYUM DAN TAWAMU
Dalam senyummu yang khas
ternyata pikiranmu seperti benang kusut
Dalam tawamu yang riang
ternyata pikiranmu penuh berbagai urusan
Oh .....Papa, jangan bohongi aku.

( Jakarta : Anita Marta, 1980)

Bandingkanlah dengan puisi berikut ini:

ANGIN
Ketika aku kecil
aku hanya tahu
angin yang suka menerbangkan kertas-kertasku
Mama bilang, itu angin nakal
Dan aku tidak boleh seperti angin itu

Lalu mama bercerita
tentang angin
yang meniup bunga-bunga mawar
di kebunku
Sekarang aku sudah tahu
angin dapat juga membuat
aku sakit
Kalau aku berangin-angin
dan badanku sedang berkeringat

Kemarin, papa bercerita
tentang angin yang sangat nakal
angin itu bernama angin topan
Papa bilang, angin itu dapat
merobohkan rumah-rumah

Oh .....
aku takut sekali
Papa membelaiku
kau tidak usah takut
jika kau rajin berdoa dan tidak nakal

Papa
aku berjanji tidak nakal
dan rajin berdoa
Agar Tuhan tidak meniup
angin yang sangat menakutkan itu

(Sumber Tugas Siswa Lucia Marian Djunjung, SMP Ricci kelas 2A Jakarta Barat)

Puisi modern tidak terlalu mementingkan bentuk fisik atau tipografi tertentu. Sebuah uraian disebut puisi meskipun bentuknya mirip prosa tidak berbentuk bait atau baris, tetapi mengandung pengertian yang dalam dari sekadar ungkapan bahasanya, seperti contoh puisi atau sajak Sapardi Djoko Damono di bawah ini.
AIR SELOKAN

“Air yang di selokan itu mengalir dari rumah sakit,” katamu pada suatu hari Minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-jalan bersama istrimu yang sedang mengandung—ia hampir muntah karena bau sengit itu. Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya.

Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati.
*
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu: “Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu-alangkah indahnya!” Tetapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali,

F. Cek Kemampuan

Untuk mengetahui kemampuan Anda tentang modul yang berjudul “ Apresiasi Prosa dan Puisi“, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda centang (V) pada kolom jawaban yang disediakan.

No Pertanyaan-pertanyaan Ya tidak
1.Pernahkah Anda menceritakan kembali prosa (novel/roman/cerpen yang telah dibaca kepada teman Anda?
2.Pernahkah Anda mendeklamasikan puisi dihadapan orang banyak/teman-teman Anda?
3.Saat membaca puisi apakah Anda dapat merasakan ada getaran jiwa yang kuat?
4.Pernahkah Anda mengungkapkan nilai keindahan bahasa yang terdapat dalam prosa/puisi atau teks iklan?
5.Dapatkah Anda melafalkan kembali kalimat teks iklan dengan tepat?

Baca ringkasan novel karya Mochtar Lubis ini dengan cermat!

HARIMAU-HARIMAU

Novel ini mengisahkan tujuh orang pendamar di hutan damar dekat danau Bantau, Sumatera. Mereka adalah: Pak Haji, Buyung, Sanip, Talib, Pak Balam, Sutan, dan Wak Katok yang merupakan pemimpin rombongan karena ia seorang guru silat dan memiliki mantera. Di hutan mereka menginap di gubug Wak hitam, seorang ahli ilmu gaib dan sihir berusia 70 tahun. Wak Hitam sering tinggal di gubug peristirahatannya itu bersama Siti Rubinah, istri keempatnya yang muda belia. Melihat istri Wak hitam, banyak pendamar tergoda oleh kecantikannya. Pada suatu hari ketika Siti Rubiah sedang mandi di sungai, Wak Katok mengintipnya dan berusaha menyeretnya ke semak.
Buyung yang sudah punya tunangan pun jatuh cinta pada Siti Rubiah. Siti Rubiah yang menderita hidup dengan Wak Hitam menyambut cinta Buyung. Mereka menjalin hubungan mesra. Dalam perburuannya para pendamar mendapat seekor kijang yang
sebenarnya sudah diincar harimau tua. Karena mangsanya diambil, harimau itu marah. Pada hari berikutnya, harimau itu menerkam Pak Balam hingga luka parah. Merasa ajal telah dekat, Pak Balam berpendapat bahwa harimau itu adalah utusan Tuhan untuk membalas dosa yang diperbuat, maka ia pun mengakui dosa karena telah membiarkan Wak katok merampok, membunuh dan memperkosa. Pendapat Pak Balam ini menimbulkan konflik di antara para pendamar. Satu pihak menuntut agar masing-masing orang mengaku dan bertobat atas dosa-dosanya, pihak lain tidak mau karena dosa adalah tanggung jawab pribadi masing-masing.
Giliran berikutnya Talib diterkam harimau dan meninggal. Maka mereka pun memutuskan untuk memburu harimau itu. Ketika bertemu dengan harimau buruannya, Wak Katok yang membawa senjata dan memiliki mantera ternyata tidak dapat berbuat apa-apa.
Dari peristiwa ini terungkap bahwa Wak katok adalah pengecut dan penipu. Merasa rahasianya telah terbongkar, Wak katok berencana membunuh temantemannya. Di antara mereka terjadilah perseteruan memperebutkan senjata. Pak Haji tertembak dan meninggal, namun Wak Katok dapat dilumpuhkan lalu diikat untuk umpan harimau. Ketika harimau dating hendak memangsa Wak Katok, Buyung segera menembaknya tepat di kepala, dan harimau itu pun tersungkur. Buyung sadar bahwa untuk keselamatan bersama, harimau dalam diri masing-masing, yakni kezaliman, kemunafikan dan egoisme, harus dibunuh dulu. Buyung merasa lega karena telah terbebas dari cengkeraman tahyul dan mantra serta jimat palsu. Buyung dan Sanip segera meninggalkan hutan damar itu dan menyerahkan Wak Katok kepada polisi karena ia telah membunuh Pak Haji, dan memperbuat kejahatan-kejahatan lain yang terungkap selama dalam cekaman maut oleh harimau.
Sumber: Bahasa dan Sastra Indonesia SMK

e. Test Formatif
Bila Anda telah memahami ringkasan novel di atas, jawablah pertanyaanpertanyaan berikut ini dengan kalimat-kalimat singkat dan mudah dipahami.

1. Unsur-unsur apa saja yang Anda temukan dari ringkasan novel di atas?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………

2. Kritik apa yang terkandung di dalamnya, bagi kehidupan dewasa ini?
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………..
3. Ungkapkan amanat apa yang disampaikan pengarang!
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
4. Setelah Anda membaca ringkasan novel di atas, ungkapan gejolak batin yang dialami oleh tokoh Wak katok!
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
5. Apakah Anda telah mendiskusikan bacaan ringkasan novel di atas? Unkapkan simpulan Anda setelah berdiskusi!
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….

o Dibalik musibah pasti ada hikmahnya
o Tulislah kenangan indah dan kebaikan di batu pualam, tapi tulislah kepahitan di atas pasir
o Jangan pusus asa karena beberapa kegagalan. Dalam hidup Anda cuma butuh satu keberhasilan Untaian kalimat bijak hari

f. Kunci Jawaban Test Formatif

1. a. Tema: kemunafikan, kezaliman dan ketidakadilan
b. Penokohan: 7 orang pendamar Wak Katok, Buyung, Pak Haji, Sanip, Talib, Pak Balam, Sutan
c. Latar tempat: dekat Danau Bantau, Sumatera. Latar suasana: hutan rimba
d. Sudut pandang: pengarang sebagai pengamat Gaya bahasa: bahasanya sangat memikat, berhasil menghidupkan cerita dengan latar hutan rimba yang penuh keangkeran.

2. Manusia di dunia mana pun harus mencintai manusia dan unsur menjadi manusia, orang terlebih dahulu harus membunuh harimau di dalam dirinya.
3. Setiap orang wajib melawan kezaliman di mana pun juga kezaliman itu berada.

4. Rahasianya terbongkar, mantra dan jimat palsu yang dimilikinya tidak dapat berbuat apa-apa dan terungkap bahwa Wak Katok adalah pengecut dan penipu.
5. “Harimau-harimau” melukiskan egoisme, kezaliman dan kemunafikan bahwa yang dijadikan sebagai pemimpin rombongan adalah pengecut dan penipu. Tetapi akhirnya kbohongan tahyul, mantra sera jimat palsuketahuan juga.

Kegiatan Belajar 2
Menganalisis Unsur Di Dalam Puisi
a.Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, diharapakan Anda dapat:
1. memahami dan menangkap kesan yang tersirat dalam puisi yang dibacanya;
2. terampil mengungkapkan gagsan, pendapat atau pandangan dengan tepat;
3. menjawab dengan benar soal-soal tes formatif.

b. Uraian Materi

Mengapresiasikan puisi bermacam-macam, misalnya membuat parafrase, deklamamsi atau membuat ulasan. Untuk lebih jelalsnya perhatikan apresiasi puisi dibawah ini.

Perempuan-perempuan Perkasa
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa Sebelum pluit kereta pagi terjaga, Sebelum hari bermula dalam pesta kerja Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,
ke manakah mereka Di atas rod-roda baja mereka berkendara Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota Merebut hidup di pasar-pasar kota Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka Mereka ialah ibu-ibu yang perkasa Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota Mereka: cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa (Hartoyo Andangjaya)
Setelah membaca dan menghayati puisi di atas, kita dapat mengungkapkan kesan betapa gigihnya perjuangan hidup wanita-wanita pedesaan, sehingga
disebutnya sebagai “perempuan-perempuan perkasa”. Mereka dating dari tempat yang jauh pada saat hari masih gelap. Mereka pekerja-pekerja yang gigih dan keras kehidupannya, yang diungkapkan dengan “di atas rodaroda baja”. Mereka berjuang mati-matian untuk menghidupi keluarga, menghidupi desanya. Kerasnya perjuangan diungkapkan dengan “Merebut hidup”. Penggunanan majas dalam puisi ini dapat kita temukan antara lain, majas p;ersonifikasi yaitu:
1. peluit kereta api terjaga;
2. hari bermula dalam pesta kerja.

Majas metafora yaitu:
1. mereka adalah akar yang melata;
2. mereka: cinta kasih bergerak. Agar Anda lebih terampil mengungkapkan unsur lainnya, baca dan hayatilah puisi berikut ini.

E. Tugas
Bacalah puisi Chairil Anwar berjudul “Senja di Pelabuhan Kecil”, kemudian apresiasikanlah!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………

Baca dan hayatilah puisi di bawah ini!
Kepada Peminta-minta

Baik-baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dari segala dosa.
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku

Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga

Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah

Mengganggu dalam mimpiku
Mengempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengamuk di telingaku

(Chairil Anwar)

F. Test Formatif
Setelah membaca dan menghayati puisi di atas, jawablah pertanyaanpertanyaan berikut ini dengan singkat.
1. Apa tema puisi di atas?
………………………………………………………………………………….
2. Makna apa yang terkandung dalam bait pertama puisi di atas?
………………………………………………………………………………….
3. Dari kutipan puisi bait ke 2 di atas terungkap kesan?
………………………………………………………………………………….
4. Siapa yang dimaksud oleh penyair dengan “Dia”?
………………………………………………………………………………….
5. Mengapa ia akan menghadap “Dia”?
………………………………………………………………………………….
6. Mengapa penyair tidak mau ditentang dan tak mau mendengar cerita itu lagi?
………………………………………………………………………………….
7. Siapa yang dimaksud “kau”?
…………………………………………………………………………………………
8. Apa yang mengganggu dalam mimpinya?
…………………………………………………………………………………………
9. Gaya bahasa apa yang paling menonjol diungkapkan penyair dalam puisi di atas?
………………………………………………………………………………………..
10.Apakah Anda telah mendiskusikan puisi di atas? Ungkapkan simpulan isi puisi Anda setelah berdiskusi!
………………………………………………………………………………….......

f. Kunci Jawaban

Kunci Jawaban Tugas

Senja di Pelabuhan Kecil
Buat : Sri Ayali

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua pada cerita
tiang serta temali, kapal, perahu tiada berlaut
mengembus diri dalam percaya mau berpaut.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini, tanah, air, tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap.
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.

(Chairil Anwar)

Apresiasi
Setelah gagal menggapai cinta Sri Aryati, Chairil tidak akan mencari cinta lagi, di hatinya tidak ada lagi cinta. Ia putus asa, tidak lagi harapan. Hidupnya yang tak lagi punya gairah (lihat bait kedua baris keempat) hidupnya sebatang kara serta sangat sedih. Tangis hatinya sampai terdengar dari pantai keempat, tempat yang amat jauh.

Tema : Putus asa kehilangan cinta
Rima/persajakannya : Ada pada bunyi akhir tiap larik
Diksi/pilihan kata :
-Pilihan kata penyair berhasil menghidupkan suasana dengan gambaran yang dalam sehingga memancarkan keindahan (lihat bait tiga baris kedua dan baris keempat: sedu penghabisan bisa terdekap);
- penggambaran malam yang semakin gelap dan air laut yang tenang (lihat bait kedua baris keempat).

Kunci Jawaban Test Formatif
1. Berserah diri kepada Tuhan atas segala dosa
2. Manusia tidak ingin ditentang bila ingin menghadap Tuhan
3. Kenyataan tidak mungkin dihindari
4. Tuhan
5. Untuk berserah diri karena merasa berdosa
6. Karena penyair tidak tahan melihat penderitaan peminta-minta
7. Pengemis
8. Kehidupan pengemis yang penuh derita
9. Gaya bahsa hiperbola (yang melebih-lebihkan)
a. Bersuara tiap kau melangkah
b. Mengerang tiap kau memandang
c. Sudah tercacah semua di muka.
10.Penyair merasa berdosa melihat penderitaan peminta-minta yang tampak dari wajahnya dan setiap langkahnya, tetapi penyair tidak dapat berbuat banyak kecuali pasrah pada “Dia”.

Kegiatan belajar 3.
Menganalisis Pesan Teks Iklan

a. Tujuan
Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diklat dapat:
1. Memahami tentang makna/pesan dalam teks iklan;
2. Mengungkapkan pesan teks iklan dengan tepat;
3. Menjawab dengan benar soal-soal tes formatif.
b. Uraian Materi
Ternyata kalimat/ungkapan yang bernilai sastra banyak terdapat dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya kalimat iklan yang ditayangkan oleh media elektronik/media cetak.
Contoh:
1. Aku dan kau suka dancow
2. Terus terang philip terang terus
Kalimat “Aku dan kau suka dancow”, kalau dilihat dari unsur keindahannya kalimat ini menggunakan pengulangan bunyi atau aliterasi. Dengan adanya pengulangan bunyi tersebut, pendengar akan selalu mengingat pada produk yang diiklankan. Dalam kalimat kedua “Terus terang philip terang terus”. Kalimat ini begitu menarik karena adanya permainan kata yang menyebabkan perubahan arti.

c. Rangkuman
Berdasarkan pemahaman Anda, buatlah rangkaia rangkuman.
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

d. Tugas
Simaklah iklan yang ditayangkan melalui media elektronik tentang minuman susu dan sebutkan keindahan bahasa yang terdapat dalam kalimat teks iklan tersebut. Sebutkan pula sumber data jam tayang dan nama statsiun TV yang menayangkan. Simaklah teks iklan “ Kartu As” di bawah ini dengan cermat!
Kartu As gak ada matinya Nomornya cuma-Cuma Pakenya suka-suka

Tayangan: Stasiun TPI
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………
e. Test formatif
Setelah Anda menyimak teks iklan di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan singkat.
1. Sebutkan kalimat yang mengandung rima/persajakan/persamaan bunyi sehingga bernada puitis!
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………..
2. Gaya bahasa apa yang diungkapkan dalam teks iklan di atas?
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
3. Ungkapkan/tulis bila Anda menemukan penulisan kata-kata yang tidak baku dan perbaiki!
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………..
4. Bagaiman diksi yang diungkapkan dalam teks iklan di atas?
………….………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………..
5. Apakah Anda telah mendiskusikan teks iklan di atas? Ungkapkan isi penekanan teks iklan Anda setelah bersiskusi!
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
f. Kunci Jawaban Tugas
Nama produk : Susu Bendera (Frisian Flag)
Jam tayang : 19.05
Nama Stasiun TV : RCTI Dialog Teks iklan
Tulang : Nah …… kau bikin satu buat tulang ya?
Ucok : Bukan, buat aku.
Tulang : Buat tulang lah ….
Ucok : Bukan, buat aku.
Hamid : Betul Cok ! Kato Ama’k susu itu bagus untuk tulang.
Ucok : Hamid …..Hamid ….. inilah tulang aku ….. bukan tulang ini
Catatan penting
1. Terjadi salah penafsiran terhadap penggunaan istilah tulang (bahasa Batak)= paman tulang (bahasa Indonesia)= bagian rangka tubuh manusia
2. Penekanan tentang kelebihan produk tersebut, dapat diminum dari kalangan anak-anak hingga dewasa, baik untuk pertumbuhan tulang dan enak rasanya
Kunci Jawaban Test Formatif
1. Rima/persajakan/persamaan bunyi: cuma-cuma suka-suka
2. Gaya bahasa hiperbola (melebih-lebihkan)
- Nomornya cuma-cuma.
3. Kata tidak baku: pake→ bakunya: pakai gak→ bakunya: tidak
4. Diksi/pilihan kata: sederhana, mudah dipahami
5. Iklan ini menekankan agar penonton tertarik untuk membeli/menggunakan “Kartu As” karena memiliki berbagai kelebihan yaitu:
a. Kartu/nomor perdana harganya relatif murah
b. Pemakaiannya hemat/irit
c. Sinyalnya kuat

BAB. III
EVALUASI
A. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Kalau bapak mengizinkan, saya ingin meminjam kendaraan untuk membawanya ke rumah sakit.“Maaf, Pak, pada malam hari kendaraan umum sangat jarang ada”. “Boleh, Pak Asmar, bawalah anak itu cepat-cepat ke dokter, ini kuncinyamobil dan sedikit uang untuk berobat”!
………………………..
Amanat yang disampaikan oleh pengarang dalam penggalan prosa di atas ialah …………
a. Pinjam mobil untuk menolong seseorang.
b. Perintah membawa anak ke dokter.
c. Tolong menolong sesama manusia itu penting.
d. Bantuan berupa uang akan lebih bermanfaat.
e. Kendaraan sangat sulit di kampung.
2. Unsur intrinsik yang tidak ditampilkan dalam penggalan prosa pada soal nomor 1 adalah ….
a. latar tempat.
b. latar waktu.
c. penokohan.
d. tema.
e. amanat
3. ………………baik-baik aku akan menghadap Dia menyerahkan diri dan segala dosa tapi jangan tentang lagi aku nanti darahku jadi beku……………..(Chairil Anwar)Makna yang terkandung dalam penggalan puisi diatas:
a. Pengakuan dosa.
b. Penyerahan diri kepada Tuhan.
c. Manusia tidak ingin ditentang bila ingin menghadap Tuhan.
d. Pertentangan batin dalam diri manusia.
e. Penyerahan diri manusia kepada Tuhan atas segala dosanya.
4. …………..
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
………..
(Chairil Anwar)
Penggalan puisi di atas menyatakan:
a. suasana duka.
b. kecelakaan seseorang.
c. suasana hati yang bimbang.
d. ketidaktahuan jalan ke negeri asing.
e. keinginan untuk merantau.
5. Saudara-saudar kamu perempuan, rapat yang terhormat ! Berbicara tentang sikap perempuan, sebagian besar ialah berbicara tentang cita-cita bagaimanakah harusnya kedudukan perempuan dalam masyarakat yang akan datang. Janganlah sekali-kali disangka bahwa berunding tentangcitacita yang demikian semata-mata berunding tentang angan-angan dan pengelamunan yang tidak mempunyai guna yang praktis sedikit juapun.
Layar terkembang
Karya Sutan Takdir Alisyahbana

Isi roman di atas ialah:
a. Bagai mana peran wanita di masyarakat.
b. Apa yang harus diperjuankan wanita.
c. Wanita berjuang untuk kedudukan sejajar dengan laki-laki.
d. Emansipasi bukan hanya angan-angan.
e. Kelompok perempuan berjuang melawan laki-laki.
6. Yang termasuk sastrawan Angkatan 66 ialah :
a. Taufik Ismail–W.S. Rendra–Chairil Anwar
b. Sanusi Pane–Taufik Ismail–Marah Rusli
c. Taufik Ismail–W.S. Rendra–Motinggo Boesye
d. W.S. Rendra–N.H. Dini–Selasih
e. N.H. Dini–Chairil Anwar–Amir Hamzah
7. “Waktu kecilku aku pernah mendatangi upacara Idul Kurban. Semalammalaman aku tidak ias tidur mengingat kepapda lembu yang sekarang yang mendelik-delik matanya kehabisan harap. Dan darahnya yang mancur dengan daging putih berdenyut-denyut. Lalu gerak-gerik putus asa sapi yang lain menunggu gilirannya direntang kaki dan disembelih. Tetapi aku kini tidak selemah itu lagi. Sikapku terhadap pesakitan sebagai pemotong sapi di muka seonggokan daging. Darahku tinggal dingin waktu menembak”
(Kejatana di Sumbing: Subagio Sastro Wardoyo)

Kesan yang diperoleh setelah membaca kutipan di atas ialah:
a. Menggambarkan seorang yang tidak tega melihat hewan kurban
b. Menggambarkan seorang yang pada masa kecilnya sebagai penakut
c. Menggambarkan seorang jagal yang hatinya lemah
d. Menggambarkan seorang algojo yang tidak punya rasa kasihan
e. Menggambarkan seorang penjahat berdarah dingin

8. Begitulah yang dikatakan orang. Kelima cincin emas yang didapat suamiku ini memang bertuah, karena diberi oleh orang pintar yang berilmu tinggi. Sebenarnya aku tak mau percaya semua ini, tapi ……..
Informasi budaya yang kita peroleh dari penggalan prosa di atas adalah:
a. Cincin dari suami merupakan cincin bertuah
b. Cincin bertuah selalu terbuat dari emas
c. Kepercayaan masyarakat tentang cincin bertuah
d. Cincin emas dari orang berilmu tinggi selalu bertuah
e. Cincin bertuah diperoleh dari orang berilmu tinggi
9. Sastrawan yang teregolong pengarang Angkatan 45 ialah:
a. Abdul Muis–Marah Rusli–Ahdiat Kartamihardja
b. Rustam Efendi–Umar Ismail–Sutan Takdir Alisyahbana
c. Chairil Anwar–N.D. Dini–Idrus
d. Muh. Yamin–Selasih–Asrul Sani
e. Sanusi Pane–Amir Hamzah–Taufik Ismail
10.Teks iklan yang paling singkat, mudah diingat, mudah dibaca, menggunakan huruf yang besar, warna tulisan mencolok sugestif sangat cocok untuk …..
a.Iklan berbentuk artikel.
b.Iklan permintaan.
c.Iklan pengumuman.
d.Iklan penawaran.
e.Reklame
B.Essay
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat.
1. Tunjukkan unsur yang menonjol dalam puisi di bawah ini Keringat mengucur darah memancur dari dada pahlawan yang gugur panji perjuangan pantang mudur merebut tampuk hariserta menggenggamnya dalam kepalan dalam arus waktu yang menghapus kesabaran Senjata kita adalah keringat senjata kita adalah darah Keringat dan darah dan jiwa yang luhur Dari Pembebasan, Abdul Wahid S.
2. Unsur apa yang paling dominan dalam penggalan roman di bawah ini. Tuti adalah tipe wanita yang serius dan menjunjung tinggi harga diri. Segala sesuatu diukurnya dengan kecakapan dan kesanggupan seseorang. Selain sebagai seorang mahasiswa kedokteran, Jusuf aktif juga sebagai anggota Pengurus Besar Pemuda Baru. Dia banyak memikirkan kesulitan mahasiswa dalam melanjutkan studi karena kekurangan dana.
3. Tunjukkan keindahan bahasa yang terkandung dalam kalimat iklan di bawah ini.
“Anda batuk babat dengan contrabat”

KUNCI JAWABAN EVALUASI
A. Pilihan Ganda
1. C
2. A
3. C
4. C
5. E
6. C
7. B
8. C
9. C
10.E
B. Essay
1. Unsur yang tersirat yaitu amanat
#Tanpa senjata orang mampu berjuang untuk mencapai tujuan yangluhur#
2. Unsur yang paling dominan yaitu karakterisasi
3. Keindahannya yaitu: ada persamaan bunyi
# babat–contrabat #

BAB. IV
PENUTUP

Setelah menyelesaikan modul ini, maka cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban yang ada. Kemudian hitunglah jawaban yang benar lalu gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang baru saja Anda pelajari.
Rumus:
Tingkat penguasaan= Jumlah jawaban Anda yang benar x 100
10 Arti tingkat penguasaan materi yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
Apabila penguasaan Anda telah sampai 70% atau lebih, Anda dapat melanjutkan mempelajari modul berikutnya. Tetapi bila tingkat penguasaan materi Anda kurang dari 70%, Anda harus mempelajari kembali materi kegiatan belajar modul ini, khususnya bagian yang belum Anda kuasai. Mintalah petunjuk kepada fasilitator atau guru anda.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Haryanto, Dwi. 2002. Sukses Ujian Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia. Solo: CV Iked.
Keraf, Gorys. 2001. Tata bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Maskurun. 2002. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMK. Yogyakarta: LP2IP Gajah Mada.
Suparni. 1995. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Aditya.

Tidak ada komentar: